07 Februari 2012

CUPLIKAN RIWAYAT SINGKAT KEL REKSOPRODJO

(diambil dari buku Biografi Bapak H. Moh Soenaryo H dan Almh. Ibu Oemiyati Soenaryo H)

Bapak Sukirdjo Reksoprodjo bin Atmosedjono dan Ibu Kuspirah binti Sumodidjojo adalah eyang kakung dan eyang putri kami, yang dahulu pernah tinggal di Jalan Cemarajajar no 8, Yogyakarta.

Pada tahun 1927, eyang Sukirdjo sudah menjabat ajun jaksa di Kutoarjo. Sebagaimana keluarga pamong praja lain pada waktu itu, hampir 2 tahun sekali mereka berpindah ke kota lain sesuai tugas dinasnya. Tahun 1928, eyang dipindahkan ke Purwokerto sebagai sekretaris bupati. Menurut ceritanya, di Purwokerto sempat ada jalan yang diberi nama “Sukirdjo Laan” (mungkin sebagai penghargaan,  karena eyang dulu prestasinya cukup baik). Jalan tersebut sempat diubah namanya menjadi “Prinses Juliana Laan”, sebelum kemudian berubah nama lagi.

Dari Purwokerto, eyang pindah ke Banyumas dan tinggal di sana selama kurang-lebih 3 tahun. Pada saat itu eyang putri sudah memiliki 7 orang anak, dengan anak pertama masih duduk di kelas 6 SD. Putra-putri nya adalah sebagai berikut :
1.    Bapak Setiadi
2.    Ibu Indati
3.    Bapak Hudijono
4.    Ibu Oemijati
5.    Ibu Murniati
6.    Ibu Panuti
7.    Bapak Kusmadi

Eyang kemudian ditugaskan ke Kaliwungu (dekat Kendal), dan menjabat wedana, selama 6 tahun. Selama di Kaliwungu, eyang putri melahirkan 2 orang anak lagi, yaitu :
8.    Ibu Edi Retnati
9.    Bapak Bambang Darmadi

Setelah itu, eyang kembali lagi dipindahkan kembali ke Kutoarjo, juga menjabat sebagai wedana. Pada saat itu, putranya yang pertama -Bapak Setiadi- sudah menjadi mahasiswa di THS (sekarang ITB) di Bandung; putri keduanya -Ibu Indati- di Mulo Purworejo, putra ketiga –Bapak Hudijono- di HBS Semarang; putri keempat, kelima dan keenam –Ibu Oemijati, Ibu Murni dan Ibu Panuti- bersama dengan putra ketujuh –Bapak Kusmadi- bersekolah di ELS (SD Belanda) di Purworejo.
Pada tahun 1939, putra kesembilannya, Bapak Bambang Darmadi meninggal dunia karena penyakit malaria tropika, dan dimakamkan di Semawung, Kutoarjo, di samping makam Ibu Atmosedjono (ibu dari eyang Sukirdjo kakung)

Setelah Perang Dunia II, Belanda mundur dari Indonesia, dan tentara Jepang masuk. Keadaan menjadi kacau, karena sekolah-sekolah belanda ditutup. Putra-putri eyang sempat tidak dapat bersekolah, dan memanggil guru privat ke rumah. Setelah keadaan tenang kembali, mereka dapat kembali bersekolah. Pada saat ini, eyang sudah memiliki 3 orang putra-putri lagi, yaitu :
10.    Ibu Asiari
11.    Bapak Widardjono
12.    Ibu Ambinari

Tahun 1945, eyang Sukirdjo menjabat patih di Wonosobo. Sekitar 2 tahun kemudian, eyang dipindahkan ke Temanggung, juga sebagai patih. Pada waktu itu, putra tertua beliau, Bapak Setiadi, sudah terpilih sebagai Menteri Penerangan, pada usia 26 tahun. Dalam beberapa kali kunjungannya ke Temanggung sebagai menteri, Bapak Setiadi pasti menyempatkan sowan dan menginap di rumah orangtuanya sendiri.

Eyang Sukirdjo kemudian sempat pindah ke Demak dan kemudian ke Kudus, menjabat sebagai bupati di sana. Namun demikian, beberapa putra-putrinya tinggal di Jogjakarta, di Jalan Cemarajajar no 8, yang merupakan rumah keluarga (bekas rumah teman dari bapak Setiadi –putra pertama-).
Dari Kudus, eyang dipindahkan lagi, dan ditempatkan sebagai Residen, diperbantukan di kantor Gubernuran Semarang. Eyang putri kemudian memutuskan untuk menemani  putra-putrinya yang masih kecil, dan tetap tinggal di Cemarajajar, Jogjakarta.

Tidak ada komentar: